MENGINTEGRASIKAN HIGHER ORDER OF THINKING SKILL (HOTS) PADA PEMBELAJARAN DI SD
MENGINTEGRASIKAN
HIGHER ORDER OF
THINKING SKILL (HOTS)
PADA PEMBELAJARAN DI
Sekolah Dasar
Oleh:
SYAMSUDIN,S.Pd (pENGAWAS sd DIKECAMATAN BINTANG ARA, TABALONG)
Seiring dengan implementasi
kurikulum 2013,diharapkan adanya perubahan paradigma pada pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
Guru sebagai ujung tombak perubahan dapat mengubah pola pikir dan strategi pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centered).
Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran.
Terciptanya manusia Indonesia yang produktif, kreatif dan inovatif dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di berbagai lingkup dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high order thinking). Kurikulum 2013 telah mengadobsi taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dimulai dari level mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Karena tuntutan Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf mencipta, maka siswa harus terus menerus dilatih untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.Pemberian materi Sains disesuaikan dengan hakikatnya yaitu sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah, sehingga diharapkan akan terbentuk juga sikap ilmiah pada siswa. Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (Project based learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning), belajar penemuan (Discovery/ inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS (Higher order thinking skill).
Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Disamping guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan dan intake siswa yang diajarnya. Adapun karakteristik pembelajaran pada HOTS (Higher Order of Thinking Skill) yaitu:
Guru sebagai ujung tombak perubahan dapat mengubah pola pikir dan strategi pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centered).
Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran.
Terciptanya manusia Indonesia yang produktif, kreatif dan inovatif dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di berbagai lingkup dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high order thinking). Kurikulum 2013 telah mengadobsi taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dimulai dari level mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Karena tuntutan Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf mencipta, maka siswa harus terus menerus dilatih untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.Pemberian materi Sains disesuaikan dengan hakikatnya yaitu sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah, sehingga diharapkan akan terbentuk juga sikap ilmiah pada siswa. Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (Project based learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning), belajar penemuan (Discovery/ inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS (Higher order thinking skill).
Pada prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Disamping guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan dan intake siswa yang diajarnya. Adapun karakteristik pembelajaran pada HOTS (Higher Order of Thinking Skill) yaitu:
·
Berfokus pada pertanyaan
· Menganalisis / menilai argumen dan data
· Mendefinisikan konsep
· Menentukan kesimpulan
· Menggunakan analisis logis
· Memproses dan menerapkan informasi
· Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
· Menganalisis / menilai argumen dan data
· Mendefinisikan konsep
· Menentukan kesimpulan
· Menggunakan analisis logis
· Memproses dan menerapkan informasi
· Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
Soal-soal HOTS (Higher Order
of Thinking Skill) bukan berarti soal yang sulit, redaksinya
panjang dan berbelit-belit sehingga banyak membuang banyak waktu membacanya dan
sekaligus memusingkan siswa, tetapi soal tersebut disusun secara proporsional
dan sistematis untuk mengukur Indikator Ketercapaian Kompetensi (IKK) secara
efektif serta memiliki kedalaman materi sehingga siswa pun terangsang untuk
menjawab pertanyaan dengan baik.
HOTS (Higher
Order of Thinking Skill) menunjukkan
pemahaman terhadap informasi dan bernalar (reasoning) bukan
hanya sekedar mengingat informasi. Guru tidak hanya menguji ingatan,
sehingga kadang-kadang perlu untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan dan siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan,
informasi dan memanipulasi atau menggunakan informasi tersebut. Teknik
kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis
dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif. Berikut
kata kerja operasional yang dapat digunakan guru untuk membuat soal LOTS, MOTS
dan HOTS (Anderson,2001).
Tabel. Kata Kerja Operasional (Anderson, 2001)
LOTS
|
Mengetahui
|
Mengingat kembali
|
Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang,
menirukan
|
Memahami
|
Menjelaskan ide/konsep
|
Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasikan,
menerima, melaporkan
|
|
MOTS
|
Mengaplikasi
|
Menggunakan informasi pada domain berbeda
|
Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan,
mengilustrasikan
|
Menganalisis
|
Menganalisis konsep dan ide
|
Kata kerja: membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji
|
|
HOTS
|
Mengevaluasi
|
Mengambil keputusan sendiri
|
Kata kerja: menilai, memutuskan, memilih,
mendukung
|
Mengkreasi
|
Mengkreasi ide/gagasan sendiri
|
Kata kerja: mengkonstruksi, mendesain, kreasi,
mengembangkan, menulis
|
1. Model Discovery/Inquiry Learning
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila
individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiriadalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Langkah kerja (sintak) model pembelajaran penyingkapan/penemuan adalah sebagai
berikut:
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiriadalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Langkah kerja (sintak) model pembelajaran penyingkapan/penemuan adalah sebagai
berikut:
a. Sintak model Discovery Learning
1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pengolahan data (Data Processing);
5) Pembuktian (Verification), dan
6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
a. INQUIRY LEARNING
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (joice &wells, 2003)
model pembelajaran inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
sintaks model inquiry.
1) orientasi masalah
2) PENGUMPULAN DATA & verifikasi
3) PENGUMPULAN DATA & eksperimen
4) PENGOrganisasian & formulasi eksplanasi
5) PEMBUKTIAN (VERIFICATION), DAN
6) analisis proses inquiry
2) PENGUMPULAN DATA & verifikasi
3) PENGUMPULAN DATA & eksperimen
4) PENGOrganisasian & formulasi eksplanasi
5) PEMBUKTIAN (VERIFICATION), DAN
6) analisis proses inquiry
2. Model Pembelajaran Problem-based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari
peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,dan kontekstual (Tan Onn
Seng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada permasalahan baru/nyata,
pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam
belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).
Karakteristik yang tercakup dalam PBL
menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara lain:
1. masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran;
2. biasanya masalah yang digunakan
merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang
(ill-structured);
3. masalah biasanya menuntut perspektif
majemuk (multiple-perspective);
4. masalah membuat pembelajar tertantang
untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru;
5. sangat mengutamakan belajar
mandiri;
6. memanfaatkan sumber pengetahuan yang
bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan
7. pembelajarannya kolaboratif,
komunikatif dan kooperatif. Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk
dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan
pemecahan masalah.
Pada PBL guru berperan sebagai guide on
the side daripada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan
belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang
mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau
sumber informasi lainnya. Sintak model Problem-based Learning menurut Arends
(2012) sebagai berikut:
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar
c. Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Kelebihan model ini menurut Akinoglu
& Tandogan [2] antara lain:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik;
b. Mengembangkan pengendalian diri
peserta didik;
c. Memungkinkan peserta didik
mempelajari peristiwa secara multidimensi dan mendalam;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
e. Mendorong peserta didik mempelajari
materi dan konsep baru ketika memecahkan masalah;
f. Mengembangkan kemampuan sosial dan
keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam
tim;
g. Mengembangkan keterampilan berpikir
ilmiah tingkat tinggi/kritis;
h. Mengintegrasikan teori dan praktek
yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru;
i. Memotivasi pembelajaran;
j. Peserta didik memeroleh keterampilan
mengelola waktu;
k. Pembelajaran membantu cara peserta
didik untuk belajar sepanjang hayat.
3. Model Pembelajaran Project-Based Learning
Model Project-based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Karakteristik PJBL antara lain:
a. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk
b. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan
c. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat
d. Melatih kemampuan berpikir kreatif
e. Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan
Penerapan project-based learning sebagai
berikut:
a. Topik/ materi yang dipelajari peserta
didik merupakan topik yang bersifat kontekstual dan mudah didesain menjadi
sebuah proyek/ karya yang menarik
b. Peserta didik tidak digiring untuk
menghasilkan satu proyek saja, (satu peserta didik menghasilkan satu proyek)
c. Proyek tidak harus selesai dalam 1
pertemuan (diselesaikan 3-4 pertemuan)
d. Proyek merupakan bentuk pemecahan
masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara pada peningkatan hasil belajar
e. Bahan, alat, dan media yang
dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di lingkungan sekitar dan
diarahkan memanfaatkan bahan bekas/ sampah yang tidak terpakai agar menjadi
bernilai guna
f. Penilaian autentik menekankan
kemampuan merancang, menerapkan, menemukan dan menyampaikan produknya kepada
orang lain
Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi sebagai Transfer of
Knowledge
Bertema – Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi sebagai Transfer of Knowledge.
Sebagai seorang guru, terkadang kita
merasa kesulitan dalam menentukan keterampilan berpikir sesuai dengan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Selain itu kita masih dihadapkan
pada upaya pemilihan Kata Kerja Operasional (KKO) dalam mengimplementasikan
ketiga ranah tersebut.
Nah, pada kesempatan ini Admin
mencoba sajikan informasi terkait dengan keterampilan berpikir dan Kata Kerja
Operasional (KKO).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
erat kaitannya dengan keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar
dan mengajar.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan
dari peserta didik dalam mengulang atau menyatakan kembali konsep/prinsip yang
telah dipelajari dalam proses pembelajaran yang telah didapatnya.
Proses ini berkenaan dengan
kemampuan dalam berpikir, kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Tujuan pembelajaran pada ranah
kognitif menurut Bloom merupakan segala aktivitas pembelajaran menjadi 6
tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi.
Proses Kognitif sesuai dengan level
kognitif Bloom.
PROSES KOGNITIF
|
DEFINISI
|
||
C1
|
LOTS
|
Mengingat
|
Mengambil
pengetahuan yang relevan dari ingatan
|
C2
|
Memahami
|
Membangun arti dari
proses pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
|
|
C3
|
Menerapkan/
Mengaplikasikan
|
Melakukan atau
menggunakan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa
|
|
C4
|
HOTS
|
Menganalisis
|
Memecah materi ke
dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu
terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan
|
C5
|
Menilai/
Mengevaluasi
|
Membuat pertimbangan
berdasarkan kriteria atau standar
|
|
C6
|
Mengkreasi/
Mencipta
|
Menempatkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk keseluruhan secara koheren
atau fungsional; menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pola atau struktur
baru
|
Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi
Anderson dan Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki rangkaian
proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan menambahkan dimensi
pengetahuan, seperti:
1) Pengetahuan faktual,
Berisi elemen-elemen dasar yang
harus diketahui para peserta didik jika mereka akan dikenalkan dengan suatu
disiplin. atau untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya.
Elemen-elemen biasanya merupakan
simbol – simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau
“benang-benang simbol” yang menyampaikan informasi penting.
Sebagian terbesar, pengetahuan
faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua bagian jenis
pengetahuan faktual adalah:
• Pengetahuan terminologi meliputi
nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non-verbal tertentu (contohnya
kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar).
• Pengetahuan yang detail dan
elemen-elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat,
orang-orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.
2) Pengetahuan konseptual
Meliputi skema-skema, model-model
mental, atau teori-teori eksplisit dan implisit dalam model -model psikologi
kognitif yang berbeda.
Pengetahuan konseptual meliputi tiga
jenis:
• Pengetahuan klasifikasi dan
kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan penyusunan spesifik yang
digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.
• Prinsip dan generalisasi cenderung
mendominasi suatu disiplin ilmu akademis dan digunakan untuk mempelajari
fenomena atau memecahkan masalah-masalah dalam disiplin ilmu.
• Pengetahuan teori, model, dan
struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan
generalisasi-generalisasi. bersama dengan hubungan-hubungan diantara mereka
yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena,
masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.
3) Pengetahuan
prosedural
Adalah “pengetahuan mengenai
bagaimana” melakukan sesuatu.
Hal ini dapat berkisar dari
melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah
baru.
Pengetahuan prosedural sering
mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti.
Hal ini meliputi pengetahuan
keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metode-metode secara
kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur.
• Pengetahuan keahlian dan algoritma
spesifik suatu subjek
Pengetahuan prosedural dapat
diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah- langkah, yang secara kolektif
dikenal sebagai prosedur.
Kadangkala langkah-langkah tersebut
diikuti perintah yang pasti; di waktu yang lain keputusan-keputusan harus
dibuat mengenai langkah mana yang dilakukan selanjutmya.
Dengan cara yang sama, kadang-
kadang hasil akhirnya pasti; dalam kasus lain hasilnya tidak pasti. Meskipun
proses tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir tersebut secara umum
dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.
• Pengetahuan tehnik dan metode
spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang secara luas merupakan hasil
dari konsesus, persetujuan, atau norma-norma disipliner. daripada pengetahuan
yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi, eksperimen, atau penemuan.
Bagian jenis pengetahuan ini secara
umum menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tersebut
berpikir dan menyelesai kan masalah-masalah. daripada hasil-hasil dari
pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.
• Pengetahuan kriteria untuk
menentukan kapan menggunakan prosedur- prosedur yang tepat Sebelum terlibat
dalam suau penyelidikan.
Para peserta didik dapat diharapkan
mengetahui metode-metode dan tehnik-tehnik yang telah digunakan dalam
penyelidikan-penyelidikan yang sama.
Pada suatu tingkatan nanti dalam
penyelidikan tersebut, mereka diharapkan dapat menunjukkan hubungan-hubungan
antara metode-meode. dan teknik-teknik yang mereka benar-benar lakukan dan
metode-metode yang dilakukan oleh peserta didik lain.
4) Pengetahuan
metakognitif
Adalah pengetahuan mengenai
kesadaran secara umum, sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang
kesadaran pribadi seseorang.
Penekanan kepada peserta didik untuk
lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan pemikiran mereka
sendiri.
Perkembangan para peserta didik akan
menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka sendiri. Sama halnya dengan lebih
banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum. dan ketika mereka bertindak
dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih baik.
• Pengetahuan strategi
Adalah pengetahuan mengenai
strategi-strategi umum untuk pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.
• Pengetahuan mengenai tugas
kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional.
Para peserta didik mengembangkan
pengetahuan mengenai strategi-trategi pembelajaran dan berpikir. pengetahuan
ini mencerminkan baik strategi-strategi umum apa yang digunakan dan bagaimana
menggunakan mereka.
• Pengetahuan diri
Kewaspadaan-diri mengenai kaluasan
dan kelebaran dari dasar pengetahuan dirinya merupakan aspek penting
pengetahuan-diri.
Para peserta didik perlu
memperhatikan terhadap jenis strategi yang berbeda. Kesadaran seseorang
cenderung terlalu bergantung pada strategi tertentu.
Dimana terdapat strategi-strategi yang lain yang lebih tepat untuk tugas
tersebut, dapat mendorong ke arah suatu perubahan dalam penggunaan
strategi
Untuk melihat kombinasi dari dimensi
pengetahuan dan proses berpikir dapat menggunakan matrik seperti yang terlihat
di bawah ini.
Tingkat kemampuan berpikir dari
sebuah pembelajaran dengan membuat matrik sesuai dengan tuntutan pembelajaran
yang diinginkan.
Pada matrik hubungan antara dimensi
pengetahuan dan dimensi proses berpikir, untuk dimensi proses berpikir C1 s.d.
C3 dengan seluruh dimensi pengetahuan. dan C1 s.d. C6 dengan dimensi
pengetahuan faktual, masuk kategori keterampilan berpikir tingkat rendah.
Sedangkan untuk C4 s.d. C6 untuk
dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif merupakan
katagori Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
KKO Ranah Kognitif
Kata kerja yang digunakan dalam
proses pembelajaran sesuai dengan ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut.
Mengingat
(C1)
|
Memahami
(C2)
|
Mengaplikasikan
(C3)
|
Menganalisis
(C4)
|
Mengevaluasi
(C5)
|
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasagkan
Membaca
Menamai
Menandai
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Mentabulasi
Memberi kode
Menulis
Menyatakan
Menelusuri
|
Memperkirakan
Menjelaskan
Menceritakan
Mengkatagorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Menjalin
Mendiskusikan
Mencontohkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menggali
Mengubah
Mempertahankan
Mengartikan
Menerangkan
Menafsirkan
Memprediksi
Melaporkan
Membedakan
|
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Menghitung
Membangun
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Memecahkan
Melakukan
Mensimulasikan
Mentabulasi
Memproses
Membiasakan
Mengklasifikasi
Menyesuaikan
Mengoperasikan
Meramalkan
|
Mengaudit
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Memecahkan
Menegaskan
Menganalisis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Mengkorelasikan
Menguji
Mencerahkan
Membagankan
Menyimpulkan
Menjelajah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengaitkan
Mentransfer
Melatih
Mengedit
Menemukan
Menyeleksi
Mengoreksi
Mendeteksi
Menelaah
Mengukur
Membangunkan
Merasionalkan
Mendiagnosis
Memfokuskan
Memadukan
|
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Mengkritik
Mengarahkan
Memutuskan
Memisahkan
menimbang
|
2) Ranah Afektif
Kartwohl &
Bloom juga menjelaskan bahwa selain kognitif,
terdapat ranah afektif yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi.
Serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek dalam kegiatan pembelajaran
dan membagi ranah afektif menjadi 5 kategori, yaitu seperti pada tabel di
bawah.
PROSES AFEKTIF
|
DEFINISI
|
|
A1
|
Penerimaan
|
Mengambil
pengetahuan yang relevan dari ingatan
|
A2
|
Menanggapi
|
Membangun arti dari proses
pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
|
A3
|
Penilaian
|
Melakukan atau
menggunakan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa
|
A4
|
Mengelola
|
Memecah materi ke
dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan
antarbagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan
|
A5
|
Karakterisasi
|
Membuat pertimbangan
berdasarkan kriteria atau standar
|
KKO Ranah
Afektif
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam ranah afektif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Menerima
(A1)
|
Merespon
(A2)
|
Menghargai
(A3))
|
Mengorgani
sasikan
(A4)
|
Karakterisasi Menurut Nilai
(A5)
|
Mengikuti
Menganut
Mematuhi
Meminati
|
Menyenangi
Mengompromikan
Menyambut
Mendukung
Melaporkan
Memilih
Memilah
Menolak
Menampilkan
Menyetujui
Mengatakan
|
Mengasumsikan
Meyakini
Meyakinkan
Memperjelas
Menekankan
Memprakarsai
Menyumbang
Mengimani
|
Mengubah
Menata
Membangun
Membentuk-pendapat
Memadukan
Mengelola
Merembuk
Menegosiasi
|
Membiasakan
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Melayani
Mempengaruhi
Mengkualifikasi
Membuktikan
Memecahkan
|
Keterampilan proses psikomotor merupakan keterampilan dalam melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik).3) Ranah Psikomotor
Yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan
pada gerak dasar, perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, ekspresif dan
interperatif.
Keterampilan proses psikomotor dapat
dilihat pada tabel berikut.
PROSES
PSIKOMOTOR
|
DEFINISI
|
|
P1
|
Imitasi
|
meniru tindakan
seseorang
|
P2
|
Manipulasi
|
melakukan
keterampilan atau menghasilkan produk dengan cara mengikuti petunjuk umum,
bukan berdasarkan observasi. Pada kategori ini, peserta didik dipandu melalui
instruksi untuk melakukan keterampilan tertentu.
|
P3
|
Presisi
|
secara independen
melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan
ketepatan. Dalam bahasa sehari-hari, kategori ini dinyatakan sebagai “tingkat
mahir”.
|
P4
|
Artikulasi
|
memodifikasi
keterampilan atau produk agar sesuai dengan situasi baru. atau menggabungkan
lebih dari satu keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten.
|
P5
|
Naturalisasi
|
menyelesaikan satu
atau lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis dengan
tenaga fisik atau mental yang ada. Pada kategori ini, sifat aktivitas telah
otomatis, sadar penguasaan aktivitas. dan penguasaan keterampilan terkait
sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat menentukan langkah yang
lebih efisien).
|
KKO Ranah
Psikomotor
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan pada ranah psikomotor dapat dilihat seperti pada tabel di bawah.
Meniru
(P1)
|
Manipulasi
(P2)
|
Presisi
(P3)
|
Artikulasi
(P4)
|
Naturalisasi
(P5)
|
Menyalin
Mengikuti
Mereplikasi
Mengulangi
Mematuhi
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Mengubah
|
Kembali membuat
Membangun
Melakukan
Melaksanakan
Menerapkan
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Melatih
Memperbaiki
Memanipulasi
Mereparasi
|
Menunjukkan
Melengkapi
Menyempurnakan
Mengkalibrasi
Mengendalikan
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memproduksi
Mencampur
Mengemas
Menyajikan
|
Membangun
Mengatasi
Menggabungkan-koordinat
Mengintegrasikan
Beradaptasi
Mengembangkan
Merumuskan
Memodifikasi
master
Mensketsa
|
Mendesain
Menentukan
Mengelola
Menciptakan
|
Demikian informasi Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer
of Knowledge,semoga bermanfaat.
Langkah Praktis Melakukan Penilaian HOTS
Dalam melaksanakan kurikulum 2013,
guru disamping didorong untuk melaksanakan pembelajaran yang HOTS (Higher Order
Thinking Skills), juga didorong untuk menilai hasil belajar pada
aspek pengetahuan yang HOTS.
Pembelajaran yang menerapkan HOTS
bercirikan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), berpikir
kritis dan kreatif (critical thinking dan creativity) serta penyelesaian
masalah (problem
solving). Hal-hal yang dipelajari oleh peserta didik dalam
pembelajaran meliputi fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif.
Pembelajaran yang HOTS juga
menerapkan kecakapan abad 21 atau 4C yang meliputi (1) komunikasi (communication), (2)
kolaborasi (collaboration), (3)
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), (4)
kreatif dan inovatif (creative and innovative). Berdasarkan kepada hal
tersebut, maka pembelajaran HOTS dapat dapat diterapkan pada beberapa model
pembelajaran, seperti pembelajaran menyingkap/ menemukan (inquiry/ discovery), pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning/PBL), dan pembelajaran berbasis
proyek (project
based learning/ PjBL).
Dalam pembelajaran HOTS, tingkat
kemampuan yang diberikan kepada peserta didik bukan lagi kemampuan tingkat
rendah (Lower
Order Thinking Skills/LOTS) seperti mengetahui (C-1), memahami
(C-2), dan mengaplikasikan (C-3), tetapi kemampuan tingkat tinggi seperti
menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mengkreasi (C-6).
Intinya, peserta didik bukan lagi
dijejali oleh ceramah guru dari awal sampai dengan akhir pembelajaran, tetapi
memberi ruang kepada pesera didik untuk berpikir, meneliti, menelaah,
menganalisis, hingga mampu menemukan dan mengontruksi sendiri pesan utama
sebuah materi pembelajaran yang dipelajarinya. Siswa bukan hanya sekedar
menyelesaikan sejumlah materi pelajaran, tetapi memiliki bekal yang akan
diimplementasikan dalam kehidupannya. Itulah yang disebut sebagai pembelajaran
kontekstual (CTL), pembelajaran bermakna (meaningful learning) dan
pembelajaran tuntas (mastery learning).
Sebelum menerapkan pembelajaran dan
penilaian HOTS, tentunya guru terlebih dahulu harus menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan pembelajaran dan penilaian
HOTS, karena RPP tersebut akan menjadi panduan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Hasil pembelajaran HOTS akan diukur melalui penilaian HOTS pada
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuannya untuk mengetahui
ketercapaian Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari sebuah Kompetensi Dasar
(KD) yang diwakili oleh sebuah Kata Kerja Operasional (KKO).
Penilaian Aspek
Pengetahuan
Aspek pengetahuan (KI-3) diukur
melalui tes, baik test lisan atau test tulisan. Test lisan berupa sejumlah
pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa.
Test tertulis terdiri dari dari dua model yaitu objektif dan non objektif.
Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG), menjodohkan, Benar-Salah (BS),
dan isian singkat. Sedangkan non objektif yaitu soal uraian. Dalam kaitannya
dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah PG dan uraian.
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5)
menelaah ide dan informasi secara kritis. (Kemdikbud, 2018 : 10-11).
Karakteristik soal HOTS antara lain,
(1) mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, (2) berbasis permasalahan
kontekstual, (3) menggunaan bentuk soal beragam, dan (4) mengukur level
kognitif C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). Adapun
langkah-langkah penyusunan soal HOTS sebagaimana tercantum pada Buku Panduan
Penilaian HOTS yang diterbitkan oleh Kemdikbud (2018 : 17-18) sebagai berikut:
1. Menganalisis
KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD
yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat
dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP
dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun
kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan
untuk para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi
tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam:
a. memilih KD yang dapat dibuat
soal-soal HOTS
b. merumuskan IPK
c. memilih materi pokok yang terkait
dengan KD yang akan diuji
d. merumuskan indikator soal
e. menentukan level kognitif
f. Menentukan bentuk soal dan nomor
soal
3. Memilih
stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya
menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang
menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan
stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam
konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau
daerah setempat.
4. Menulis
butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis
sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir
soal HOTS,
agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya
terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif
sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat
pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis
hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman
penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk
bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan
isian singkat.
Penilaian Sikap
Sikap terdiri dari dua jenis, yaitu
sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Instrumen utama penilaian sikap
adalah instrumen observasi sedangkan jurnal, penilaian diri, dan penilaian
antarteman menjadi instrumen penilaian pendukung. Pada penilaian sikap,
diasumsikan semua peserta didik bersikap baik. Adapun ketika ada peserta didik
yang memiliki sikap sangat baik atau perlu bimbingan, hal tersebut ditulis pada
jurnal oleh guru. Sikap yang sangat baik, misalnya si Fulan pada hari anu tanggal
sekian, jam sekian menemukan sebuah dompet di toilet sekolah, dan
menyerahkannya kepada petugas piket untuk diumumkan siapa pemilik dompet
tersebut. Sedangkan sikap yang perlu bimbingan, misalnya si Badu pada hari anu,
tanggal sekian dan jam sekian membuang sampah sembarangan.
Penilaian sikap peserta didik oleh
guru menggunakan lembar observasi dan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman dilakukan
sewaktu-waktu. Penilai sikap bisa menjadi bagian dari penilaian proses,
misalnya pada saat diskusi kelompok guru berkeliling dan mengamati dan
aktivitas peserta didik selama diskusi berlangsung.
Penilaian
Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan
melalui penilaian praktik, produk, dan proyek. Hal tersebut disesuaikan dengan
IPK yang telah ditentukan pada RPP danssuai dengan model pembelajaran yang
digunakan. Penilaian yang relevan dengan penilaian keterampilan yaitu KD-KD
pada KI-4, misalnya menyusun laporan, percobaan di laboratorium, praktek
membaca Alquran, praktek salat, praktek olah raga, praktek menari, praktek
membuat sebuah karya, praktek menulis puisi, praktek membaca atau menulis
puisi, dan sebagainya. Intinya, pada saat penilaian keterampilan, peserta didik
harus mampu memperlihatkan penguasaannya dalam melakukan sebuah gerakan,
mempresentasikan sebuah laporan, atau menghasilkan sebuah produk. Dalam
penilaian praktek, guru membuat instrumen penilaian disertai dengan rubrik
disesuaikan dengan indikator yang akan dinilai.
Dengan
mengenal karakter dan jenis-jenis penilaian HOTS, guru diharapkan dapat
mengembangkan beragam instrumen penilaian yang dapat memotret kompetensi
peserta didik, sehingga semangat penilaian otentik, yaitu penilaian yang
objektif, apa adanya dalam mengukur aspek pengetahuan, sikap, dan pengetahuan
dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian yang relevan dapat terwujud.
Proses menilai memang bukan hal yang mudah, tetapi hal ini menjadi sebuah
tanggung jawab dari seorang guru profesional. Creative Thinking
Vs Critical Thinking
Pada umumnya ada 2 cara kita
berpikir, yaitu Creative Thinking dan Critical Thinking. Creative Thinking
merupakan cara berpikir yang kreatif. Berpikir kreatif adalah proses
berpikir yang menghasilkan kreativitas. Kreativitas tidak selalu
menghasilkan produk konkret, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, di
antaranya berupa ide. Kreativitas sangat penting untuk menyiasati segala
keterbatasan yang kita miliki, memecahkan masalah pada berbagai aspek
kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya baru untuk
memudahkan kehidupan kita.
Critical Thinking (atau Berpikir
Kritis) adalah sebuah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional tentang apa
yang harus dilakukan atau apa yang ingin diyakini sebagai kebenaran.
Wallaahu a'lam
*
(Tulisan ini dibuat dirangkum dari materi PKP dan berdasarkan pengamalaman, bapak Syamsudin,S.Pd ketika menjadi pengawas Pusat Belajar dalam Kegiatan PKP di SDN Nawin Hilir Haruai. Yang meliputi 3 kecamatan. Bintang Ara, Haruai, Upau Kabupaten tabalong dan saya sendiri sebagai Guru Inti. Tulisan ini sudah disetujui oleh bapak Syamsudin,S.Pd untuk diposting di blog ini, dengan adanya sedikit editing. silahkan kritik dan saran di kolom komentar)
Terima kasih pak GI, sangat membantu...
ReplyDeleteThe interaction of all of these processes assist in progressing from word recognition to constructing meaning from visual symbols. Skillful reading is produced by the coordinated interactions of these processes. executive function
ReplyDelete